Mahasiswi bunuh diri akibat kebijakan biaya kuliah + DEMO MAHASISWA sekampus nya

Kristel Tejada, seorang mahasiswi berusia 16 tahun di Universitas Filipina, lembaga pendidikan terkenal negara itu, telah bunuh diri pada Jumat.

�Kendala keuangan� mungkin telah memicu bunuh diri mahasiswi tersebut, dari laporan sebelumnya mengatakan ia mungkin minum racun.

Tejada, anak sulung dari lima bersaudara, yang ayahnya sopir taksi dan ibu pengangguran, terpaksa mengajukan cuti kuliah pada Rabu pekan lalu setelah ia gagal untuk membayar biaya kuliahnya.





 



�Dia terpaksa mengambil cuti kuliah karena keluarganya tidak bisa membayar uang yang dibutuhkan untuk mendukung pendidikannya,� kata Profesor Andrea Bautista Martinez dari Departement of Behavioral Sciences.

Para mahasiswa melaporkan kepada Kantor Pelayanan Mahasiswa untuk Konseling mengenai keadaannya.

�Cuti kuliah mempengaruhi keluarga [Tejada]. Dia tidak pergi ke kampus sejak Februari. Dia mengirimkan pesan kepada saya mengatakan dia tidak bisa mengatasi masalahnya,� kata Martinez.

Laporan mahasiswa mengatakan Tejada adalah salah satu dari banyak mahasiswa yang mengikuti program pinjaman kepada mahasiswa, tapi permohonan mereka ditolak oleh universitas itu. Upaya orangtuanya memperpanjang batas waktu pembayaran uang kuliahnya juga terbukti sia-sia.

�Kami lebih dari berduka, kami marah. Ini adalah kematian yang bisa dihindari,� kata kelompok pemuda Anakbayan.

�Ini bukan bunuh diri, ini adalah pembunuhan,� tambah kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat. Kelompok ini menyalahkan pemerintah atas kematian Tejada yang �seolah-olah [kematian itu] adalah orang yang memaksa racun ke tenggorokannya.�

Terry Ridon, kepala biro kepemudaan Partai Kabataan, menjelaskan kematian Tejada sebagai �tragedi besar.�

�Masa depan Kristel yang cerah sudah terancam sebelum hari ini karena kebijakan seperti biaya pendidikan yang tinggi dan lain-lain, komersialisasi pendidikan dan kebangkrutan keseluruhan kebijakan ekonomi pemerintah,� kata Ridon.

�Kebijakan-kebijakan ini adalah realitas, sekarang lebih dari kami harus mengenali mereka. Kehidupan kaum muda banyak terancam akibat jaminan pembayaran, tenggat waktu dan konsekuensinya,� tambah Ridon saat dia memimpin ratusan mahasiswa dalam aksi protes di dalam kampus tersebut.

Tejada adalah seorang mahasiswi paket B di bawah �Program Sosialisasi Bantuan Bimbingan dan Keuangan� dari universitas itu, yang berarti biaya kuliahnya akan lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa lain di universitas itu.

Dia harus membayar US$ 25 per sks untuk kuliahnya, biaya yang cukup tinggi di kota di mana upah harian hanya sekitar US$ 10, dan jelas sulit bagi keluarga dengan tujuh anak.

Namun, Ridon mengatakan bahwa meskipun kelonggaran program uang kuliah disosialisasikan universitas yang mengkategorikan mahasiswa ke dalam paket pembayaran berbeda adalah �cacat secara mendasar.�

Dia mencatat bahwa skema bahkan membenarkan tingkat pembayaran uang kuliah tinggi untuk mayoritas mahasiswa �ketika banyak dari kami semua terlalu akrab dengan penderitaan keluarga-keluarga Filipina biasa.�

Pendidikan tinggi di negara ini tergolong mahal, terutama untuk warga Filipina yang kebanyakan miskin.

Komisi Pendidikan Tinggi pemerintah memperkirakan bahwa biaya kuliah empat tahun seperti Universitas Filipina sekitar U$ 6.000, sementara universitas swasta sebanyak U$ 10.000. Selain dari uang kuliah, mahasiswa juga harus membayar uang kos, transportasi, dan biaya lainnya.

Sementara itu, pendapatan tahunan rata-rata sebuah keluarga Filipina adalah sekitar US$ 6.000, sementara 30 persen penduduk hanya mendapatkan sekitar U$ 1.700, demikian survei Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga pemerintah.

Mariz Zubiri, kepala Badan Mahasiswa Universitas Manila UP, mengatakan mahasiswa dan pemuda Filipina seperti Tejada tidak pantas berada dalam �siklus kekerasan akibat sistem pendidikan yang buruk.�

�[Tejada] hanyalah salah satu dari ratusan dan ribuan mahasiswa Filipina yang terhimpit oleh tingginya biaya pendidikan dan ditinggalkan pemerintah,� kata Zubiri sambil menyalakan lilin di luar gerbang universitas itu untuk menghormati Tejada.

Perhimpunan Mahasiswa Filipina mengatakan kematian Tejada adalah �antara banyak situasi kehidupan nyata yang terang-terangan memberitahu pemerintah dan universitas kami bagaimana tugas mereka mengelola negara ini.�



Pelajar membaling monitor komputer

Sekumpulan pelajar membaling sejumlah kerusi lama dan monitor komputer dari bangunan Universiti Politeknik Filipina semalam.Mereka turut membakar barang itu bagi menuntut keadilan untuk seorang pelajar baharu, Kristel Tejada yang berusia 16 tahun.




Tejada membunuh diri empat hari lalu selepas dia tidak dibenarkan meneruskan pengajian di Kolej Sastera dan Sains universiti tersebut kerana gagal membayar yuran pengajian.Dia mula memasuki universiti itu pada Mei 2012.



Tejada membunuh diri di rumahnya di Tayuman, Manila pada 15 Mac lalu.Pelajar itu tidak dapat melunaskan baki bayaran pengajiannya sebanyak 10,000 peso (RM771) pada semester pertama tahun lalu. 



0 Komentar untuk "Mahasiswi bunuh diri akibat kebijakan biaya kuliah + DEMO MAHASISWA sekampus nya "