Putus Cinta Tak Harus berakhir galau Putus Cinta

Putus Cinta
Khusus bagi kamu yang belum pernah mengalami putus cinta, akan saya sampaikan bagaimana gejala-gejalanya. Pertama, mata berkunang-kunang; kedua, gelap memenuhi seisi ruangan; ketiga, nafas terasa sesak; dan keempat, konsentrasi tiba-tiba hilang.
Begitu pula yang pernah saya rasakan. Perempuan yang saya gadang-gadangkan untuk dijadikan pendamping hidup, tiba-tiba memutuskan ikatan cinta secara sepihak. Jika dia tinggal satu provinsi dengan saya, mungkin masih bisa ditemui segera. Akan saya tanyakan tentang sebab-sebab pastinya. Mengapa dia begitu tega mengambil aksi sepihak.
Jika waktu itu perangkat gadget sudah menyebar seperti saat ini, mungkin dengan mudah saya bisa langsung berkomunikasi dengan dirinya. Sebagaimana diketahui, pada paruh pertama era 90-an lalu-lintas informasi yang paling murah hanya via surat atau telegram. Berkomunikasi lewat telepon? Ah, jangan mimpi. Gaji bulanan seorang pegawai rendahan seperti saya belum bisa menyesuaikan dengan tingginya biaya nelpon interlokal. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya untuk mengekspresikan kekecewaan secara instan.
Tragisnya, surat berisi pemutusan hubungan sepihak itu dilayangkan lewat jasa pos tercatat. Saya harus datang dulu ke kantor pos yang letaknya lumayan jauh dari tempat saya bekerja. Sebelumnya saya harus mencari alasan yang tepat agar boss bisa mengizinkan saya beberapa saat meninggalkan pekerjaan. Setelah itu, saya berdiri dalam antrian yang cukup panjang, sebelum akhirnya surat tercatat itu bisa masuk kantong celana.
Siapa sih yang tidak senang menerima surat dari seorang kekasih. lebih-lebih bagi seseorang yang tengah menjalin cinta jarak jauh. Melalui suratlah kami saling memuji, saling menebar motivasi, serta membicarakan  masa depan penuh harapan.
Begitu over estimate-nya saya waktu waktu itu. Ketika kembali ke meja kerja, dengan tergesa-gesa amplop surat itu dibuka. Surat dibaca dengan penuh penghayatan. Namun, setelahnya saya merasa ombak di lautan seakan naik ke daratan. O Tuhan, tsunami sedang menerpa kehidupan saya!
Apesnya, saat menanggung derita itu, boss mengumpulkan semua anak buahnya. Kami diajak rapat, dimintai pendapat, dituntut mengeluarkan ide-ide cemerlang.
Tak ada yang bisa saya saksikan siang itu selain gelap dan gelap. Kedua belah kaki serasa tidak sedang menginjak bumi. Badan melayang. Saya baru menyadari bahwa sedang berada di ruangan rapat setelah teman yang duduk bersebelahan menepuk-nepuk pundak saya.
Itulah sekelumit peristiwa yang pernah saya rasakan. Saat ini semua kepedihan itu menjadi pengalaman yang manis untuk dikenang. Bila saat ini dirimu sedang mengalami peristiwa yang sama dengan saya, biarkan saja rasa galau menyesakkan dadamu dengan sendirinya. Nikmati saja. Sikapi kehadiran kisah yang sungguh sangat tidak nyaman ini secara ramah. Insya Allah, hikmahnya dapat kamu petik beberapa saat ke depan. Jangan sekali-kali menyakiti dirimu sendiri baik secara fisik maupun psikis. Kamu akan rugi dikarenakannya.
Sungguh ini hanyalah sebuah proses seleksi yang Tuhan lakukan demi pilihan jodoh terbaik yang telah dipersiapkannya. Begitu pilihan Tuhan itu telah berada dalam dekapan, semua kepahitan tersebut akan berubah menjadi pengalaman yang asyik saat dikenang.
So, putus cinta tak harus selalu berakhir kelabu, Bro. Trust me, please, saya sudah membuktikannya!

SOURCE
0 Komentar untuk "Putus Cinta Tak Harus berakhir galau Putus Cinta"