Akses mobile data lewat smartphone tumbuh pesat di Indonesia. Kondisi itu diyakini bisa jadi peluang bisnis baru bagi pengembangan value added services (VAS) di ponsel dengan mengandalkan teknologi cloud computing.
Demikian diungkapkan oleh Penggagas Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya. Dari berbagai statistik yang dikemukakan oleh sejumlah badan riset, potensi cloud di perangkat mobile bakal tumbuh besar.
"Mobile cloud harus diadopsi guna mengembangkan VAS di masa depan. Sebab, akses internet, khususnya social media melalui perangkat mobile sangat besar," jelasnya, Senin (9/4/2012).
Teguh mengutip riset Gartner yang mengungkapkan pada 2015 nanti koneksi layanan mobile data di dunia diperkirakan tumbuh stabil menjadi 7,4 miliar koneksi dengan pendapatan USD 552 miliar. Gartner juga memprediksi pada 2014 akan ada lebih dari 70 miliar download aplikasi mobile dari toko aplikasi (app store) setiap tahunnya.
Lembaga lainnya, Informa Telecoms & Media mengatakan nilai layanan data dan VAS di dunia diprediksi mencapai USD 340 miliar.
"Indonesia termasuk salah satu dari 15 negara yang mendorong pertumubuhan layanan data dan VAS di dunia sebesar 36% hingga 2014," ujarnya.
Sementara Frost & Sullivan mengungkapkan pada tahun 2011 lalu ada 67 juta pengguna yang terkoneksi dengan mobile data, dan bisa menjadi 167 juta pada 2016 di Indonesia. Sebanyak 109 juta nantinya diproyeksi akan terkoneksi menggunakan smartphone, sementara 22 juta menggunakan tablet.
Pada 2011, koneksi data dipelopori oleh ponsel berbasis 3G sebesar 15% sampai 20%, dan akan meningkat menjadi 25% hingga 30% pada 2012. Ponsel 2,5G masih mendominasi pasar sebesar 62%, sementara ponsel 2G terus menunjukkan penurunan.
Pada 2015 diprediksi oleh Frost & Sullivan nilai bisnis digital konten mencapai USD 780 juta sementara ekosistem enabler sekitar USD 378 juta.
Teguh menjelaskan, kondisi itu menjadi peluang bagi pengembangan Mobile VAS yang selama ini sudah salah kaprah dianggap SMS Premium. "VAS di era data bukan SMS Premium. Tetapi, mengembangkan VAS di era data itu ada beberapa kendala," paparnya.
Kendalanya adalah bervariasinya platform operasi yang dimiliki perangkat, keterbatasan memori dan storage dari perangkat, variasi dari kemampuan dan lebar layar perangkat, kemampuan mendukung mobile browser, tipe ketersediaan untuk koneksi ke server, dan target pasar dari aplikasi VAS atau konten.
Ia menyarankan, untuk mengatasi kendala tersebut mobile cloud harus diadopsi guna mengembangkan VAS di masa depan.
Mobile cloud diyakini memberikan Native Apps Client on Device, akses aplikasi berbasis web melalui perangkat, dan akses internet lebih cepat via mobile.
Menurutnya, teknologi mobile cloud bisa menyederhanakan semua data dari perangkat mobile guna ditransferkan ke cloud. Berikutnya, memastikan adanya platform yang sama, dan mengintegrasikan dengan internet dan social media untuk memperbesar penerimaan pasar.
"Jika mobile cloud dijalankan akan mempermudah operator maupun content developer dalam membuat produk VAS. Baik itu platform, konten, dan infrastruktur. Pengembangan VAS juga akan lebih cepat, murah, dan ujung-ujungnya adalah omset meningkat karena lebih produktif," tegasnya.
Di sisi end user, praktik mobile cloud sudah ada jika merujuk pada Facebook, Dropbox, dan lainnya. Namun, untuk platform tidak ada karena operator belum tergerak membuka Application Programming Interface (API).
"Pasalnya membuka API itu harus membuka akses ke back office operator sepertibilling, subs authentication, charging, customer care, dan lainnya. Operator masih takut masalah jaminan security dan fraud management," pungkasnya.
SOURCE
Demikian diungkapkan oleh Penggagas Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya. Dari berbagai statistik yang dikemukakan oleh sejumlah badan riset, potensi cloud di perangkat mobile bakal tumbuh besar.
Teguh mengutip riset Gartner yang mengungkapkan pada 2015 nanti koneksi layanan mobile data di dunia diperkirakan tumbuh stabil menjadi 7,4 miliar koneksi dengan pendapatan USD 552 miliar. Gartner juga memprediksi pada 2014 akan ada lebih dari 70 miliar download aplikasi mobile dari toko aplikasi (app store) setiap tahunnya.
Lembaga lainnya, Informa Telecoms & Media mengatakan nilai layanan data dan VAS di dunia diprediksi mencapai USD 340 miliar.
"Indonesia termasuk salah satu dari 15 negara yang mendorong pertumubuhan layanan data dan VAS di dunia sebesar 36% hingga 2014," ujarnya.
Sementara Frost & Sullivan mengungkapkan pada tahun 2011 lalu ada 67 juta pengguna yang terkoneksi dengan mobile data, dan bisa menjadi 167 juta pada 2016 di Indonesia. Sebanyak 109 juta nantinya diproyeksi akan terkoneksi menggunakan smartphone, sementara 22 juta menggunakan tablet.
Pada 2011, koneksi data dipelopori oleh ponsel berbasis 3G sebesar 15% sampai 20%, dan akan meningkat menjadi 25% hingga 30% pada 2012. Ponsel 2,5G masih mendominasi pasar sebesar 62%, sementara ponsel 2G terus menunjukkan penurunan.
Pada 2015 diprediksi oleh Frost & Sullivan nilai bisnis digital konten mencapai USD 780 juta sementara ekosistem enabler sekitar USD 378 juta.
Teguh menjelaskan, kondisi itu menjadi peluang bagi pengembangan Mobile VAS yang selama ini sudah salah kaprah dianggap SMS Premium. "VAS di era data bukan SMS Premium. Tetapi, mengembangkan VAS di era data itu ada beberapa kendala," paparnya.
Kendalanya adalah bervariasinya platform operasi yang dimiliki perangkat, keterbatasan memori dan storage dari perangkat, variasi dari kemampuan dan lebar layar perangkat, kemampuan mendukung mobile browser, tipe ketersediaan untuk koneksi ke server, dan target pasar dari aplikasi VAS atau konten.
Ia menyarankan, untuk mengatasi kendala tersebut mobile cloud harus diadopsi guna mengembangkan VAS di masa depan.
Mobile cloud diyakini memberikan Native Apps Client on Device, akses aplikasi berbasis web melalui perangkat, dan akses internet lebih cepat via mobile.
Menurutnya, teknologi mobile cloud bisa menyederhanakan semua data dari perangkat mobile guna ditransferkan ke cloud. Berikutnya, memastikan adanya platform yang sama, dan mengintegrasikan dengan internet dan social media untuk memperbesar penerimaan pasar.
"Jika mobile cloud dijalankan akan mempermudah operator maupun content developer dalam membuat produk VAS. Baik itu platform, konten, dan infrastruktur. Pengembangan VAS juga akan lebih cepat, murah, dan ujung-ujungnya adalah omset meningkat karena lebih produktif," tegasnya.
Di sisi end user, praktik mobile cloud sudah ada jika merujuk pada Facebook, Dropbox, dan lainnya. Namun, untuk platform tidak ada karena operator belum tergerak membuka Application Programming Interface (API).
"Pasalnya membuka API itu harus membuka akses ke back office operator sepertibilling, subs authentication, charging, customer care, dan lainnya. Operator masih takut masalah jaminan security dan fraud management," pungkasnya.
SOURCE
0 Komentar untuk "Masa Depan Cloud Computing Ada di Ponsel"