Oleh : meviani murtiningsih
Pengarang : meviani murtiningsih
Jumat, 11 Januari 2013
Pengarang : meviani murtiningsih
Jumat, 11 Januari 2013
Aku memang pernah bermimpi dan mimpiku itu bersamamu. Aku memang pernah meminta dan yang aku minta adalah kamu. Aku juga ingin mencintai dan yang inginku cintai itu kamu. Berjuta-juta lelaki didunia ini tapi hanya kamu yang membuatku begini. Berjuta-juta yang datang tawarkan cinta tapi hanya kamu yang mampu meluluhkan hatiku. Setiap malam aku berdoa agar kau cintaiku. Setiap aku melihatmu mataku enggan berpaling. Entah mengapa hati ini selalu inginkanmu. Hati ini selalu ingin menghiasi setiap langkah kakimu. Dengarkan aku! Hati ini tulus mencintaimu. Bisakah kau rasakan besarnya rasa cintaku. Aku ingin kau tau rasa cinta yang tumbuh dihatiku ini. Aku ingin kau rasakan hangatnya kasih sayang dariku. Dengarkan aku! Aku cinta kamu lebih dari siapapun yang ada dihatimu saat ini.
hai! Nama saya Nizta chaora veanezta, panggil aja saya Nizta. Sekarang saya duduk dibangku SMA disalah satu Sma ternama dikota saya. Banyak yang bermimpi sekolah di Sma yang sama masuki ini karena fasilitasnya yang sangat mewadai. Saya beruntung sekali bisa sekolah disekolah elit seperti itu. Sekarang saya kelas dua, selama satu tahun ini saya suka dengan seorang cowok namanya Gabriel samudra kirana. Kakak kelas saya itu selalu memberikan senyuman disetiap saya bertemu dengannya. Matanya itu looooh..indah banget! Bukan saya saja yang ingin dekat dengannya.banyak teman-teman saya yang suka sama dia. Selain tampan dia adalah anak dari pemilik sekolah itu. Dia juga pintar, pernah beberapa kali saya diajari mengenai matematika dengan dia, karena kata guru saya dia adalah anak terpandai urusan matematika. Hari itu saya diajari mengenai dimensi tiga, memang tidak begitu sulit tapi ingin sekali saya menghabiskan waktu saya bersama dia.
“kak! Kalau yang ini gimana caranya?” ucapku pura-pura tak tau.
“ow yang ini, ini gini dengerin aku ya! Aku kasih rumusnya terus nanti coba dikerjain, gak sulit kok!” ucapnya pelan dan lembut.
“iyaa deh kak! Terus gimana?” ucapku sembari memandang dia. Hari itu cuaca mendung aku dan teman-temanku berada diperpustakaan. Memang jam pelajaran telah usai tapi kami masih saja asik berada disekolah. <
Setelah selesai mengerjakan soal yang kesekian kalinya saya pamit dengan kak Gabriel. Dan memberesi buku saya yang ada dimeja.
“kok Cuma kak Gabriel sih yang dipamitin! Kita gak ni?” ucap salah satu temenku iseng.
“aghh! Kok Nizta gitu sih?” ucap salah satu temanku lagi. Saya pun memandang kak Gabriel yang tersenyum-senyum sendiri. Wajahku memerah, saya merasakan itu.
“kok merah mukamu?” tanya kak Gabriel lalu mendekatiku. Saya hanya diam kemudian keluar dari ruangan itu tapi saya merasa aneh kak Gabriel mengikutiku sampai didepan gerbang sekolah. Hujan menghujur kami berdua.
“kok Cuma kak Gabriel sih yang dipamitin! Kita gak ni?” ucap salah satu temenku iseng.
“aghh! Kok Nizta gitu sih?” ucap salah satu temanku lagi. Saya pun memandang kak Gabriel yang tersenyum-senyum sendiri. Wajahku memerah, saya merasakan itu.
“kok merah mukamu?” tanya kak Gabriel lalu mendekatiku. Saya hanya diam kemudian keluar dari ruangan itu tapi saya merasa aneh kak Gabriel mengikutiku sampai didepan gerbang sekolah. Hujan menghujur kami berdua.
“biar aku anter pulang ya? Ujan ni!” ucap kak Gabriel meminta.
“gak usah kak! Aku nunggu angkutan umum aja” ucapku menolak.
“udah biar aku anter! Ujannya deras gini, aku gak mau kamu sakit!”
“tapi kak!” bantahku mencoba menolak. Saya pun tak bisa menolak karena tangan kak Gabriel memengangi tanganku. Dan menarikku keparkiran. Dia mengambil motor varionya yang terparkir disebelah kiri jalan. Saya menunggunya dibagian kanan jalan. Hari itu hujan sangat lebat aku merasakan dingin yang sangat-sangat menembus bagian jantungku. Rasanya sakit sekali terlebih penyakit kankerku yang sebentar lagi akan menewaskanku.
“kok pucat gitu dek?” tanya kak Gabriel setelah mengambil motornya “buruan naik! Keburu hujannya semakin lebat!” tambahnya.
“iya” ucapku pelan sembari menahan rasa sakit. Tapi hujan semakin lebat dan lebat terpaksa kami harus berteduh dihalte dekat sekolah.
“kamu sakit ya dek?” ucap kak Gabriel khawatir.
“enggak kok kak! Cuma dingin aja” ucapku pura-pura.
“pake aja jaket aku dek, aku gak mau kamu sakit!” saya melihat kak Gabriel melepas jaket yang ia kenakan dan memakaikannya ditubuhku. Hujan mulai reda kami mulai lagi berjalan, sampai didepan rumahku aku mengucapkan trimakasih. Kak Gabriel pun mulai mengendarai motornya.
“hati-hati ya kak!” ucapku. Dia tersenyum manis padaku. Keesokan harinya saya tidak masuk sekolah karena kondisi saya yang tidak memungkinkan. Kata ibu saya, saya juga harus kedokter hari ini untuk cross cek penyakit saya. Saya sudah pasrah dengan apa yang terjadi pada saya suatu saat nanti. Saya juga sudah bahagia melihat orang lain disekitar saya tersenyum terutama kak Gabriel, dia juga sudah bersama kak Rozy yang cantik,baik,pintar dan dia juga anak dari salah satu orang yang mempunyai perusahaan terkenal dikota saya. Saya bahagia melihat kak Gabriel dan kak Rozy.
“adek!” sapa seseorang dibalik warna hitam. Saya kemudian membuka mata saya perlahan. Seperti mimpi ada kak Gabriel didepan mata saya. Saya mengusap kedua mata saya berharap kalau itu bukan mimpi dan memang benar itu buka mimpi.
“adek sakit ya! Kok gak bilang sama kakak?” ucap kak Gabriel sembari tersenyum. Saya pun hanya mengangguk “udah minum obat?” kali ini aku menggeleng.
“kok belum? Kamu minum obat dulu ya biar aku yang ambilin?ok!” ucap kak Gabriel dengan manjanya. Saya hanya mengangguk. Seharian ini kak Gabriel nemenin aku dirumah entah mengapa rasanya bahagia banget! Tapi gimana dengan kak Rozy?
disebuah taman yang indah saya dan kak Gabriel menghabiskan waktu bersama. Setelah tiga hari ini dia menemaniku dalam sakitku.
“adek! Kamu tau gak kak Gabriel dari dulu pengen banget ajak seseorang yang kak Gabriel sayang ketempat ini!” ucap kak Gabriel menghancurkan lamunan saya “adek tu orang pertama yang kakak ajak kesini!” imbuh kak Gabriel sembari memandang danau yang sangat luas didepan mata kami.
“emang kakak gak pernah ngajak kak rozy kesini?” tanyaku sembari mengikuti pandangan kak Gabriel.
“kak rozy? Kak rozy itu cuma teman kakak adek!” jawab kak Gabriel memberikan harapan pada saya.
“masak sih kak! Kak Gabriel deket gitu, aku kira itu pacar kak Gabriel” ucapku menatap kak gabriel yang tertawa lepas.
“agh adek ini! Kak rozy itu cuma temen kakak percaya deh sama kakak! Adek, kenapa ya kakak ngerasa beda sama adek? Kakak pengen banget jagain adek! Kakak pengen selalu deket sama adek, adek mau gak jadi pacar kakak?” tanya kak Gabriel dengan nada keseriusan. Sejenak saya terpaku, seorang Gabriel yang selama ini jadi pacar dalam mimpi saya sekarang dia ada dihadapan saya mengutarakan kata hatinya. Rasanya hanya mimpi yang tidak mungkin untuk saya.
“kak Gabriel serius?” ucapku menyakinkan hatiku.
“iyaa adek kakak serius! Janji deh gak bakalan nyakitin adek! Kakak udah sayang sama kamu dek” ucapnya.
“iya kak aku mau kok! Tapi janji ya jangan sakiti adek” ucapku penuh harap.
“beneran ya? Masak sih gadis semanis kamu mau kakak sakitin gak tega donk!”
“iyaa iya”
Hari itu memang hari yang paling indah dalam hidupku. Tak kusangka akan begini ceritanya. Setiap hari kak Gabriel selalu menemaniku. Entah lewat telfon, sms dan jalan bareng. Dia juga sering mengantarkan saya pulang. Sebuah kebahagiaan yang pernah saya rasakan saat ini.
“adekku sayang! Nanti kak Gabriel gak bisa nemenin kamu ya?”
“emang kakak mau kemana?”
“kakak diajak nonton balap sama kak Gilang”
“jadi aku ditinggal sendirian ni kak! Ah kakak jahat!”
“Cuma bentar kok dek!”
“iyaa deh terserah kakak ajaa”
“adek gak marah kan?”
“enggak kok kak!”
kak Gabriel pun berpamitan pulang sembari mencium keningku.
“kakak nanti gak boleh nakal yaa?” pesanku pada kak Gabriel.
“iyaa dek kakak janji sama adek!”
Malam ini malam minggu, saya menatap jendela kamar saya. Angin malam meniup-niup kain yang menutupi jendela kamar saya. Saya pun berjalan menuju arah jendela saya. Saya membuka kain itu dan menatap kearah bulan sabit yang bersinar terang. Banyak bintang dilangit menambah sepinya malam ini. Tiba-tiba jantungku terasa sakit. Saya memanggil ibu saya dengan nada lirih dan berharap ibu saya mendengar panggilan saya.
“sayang kamu kenapa?” tanya ibu saya khawatir.
“gak papa kok buk!” kataku menahan rasa sakitku.
“sayang kita kerumah sakit sekarang ya! Dek brian dirawat dirumah sakit dia panggilin nama kamu dari tadi”
“dek Brian buk? Sakit apa?”
“katanya kangen sama kamu sayang! Sampai sakit gitu, yaa udah sekarang sayang ganti pakaian ibuk tunggu dibawah ya?”
saya hanya mengangguk dan berjalan kearah lemari pakaian saya. Malam ini aku kenakan baju kesayanganku, aku sangat menyukai warnanya. Warna pink! Yaa itu memang warna kesukaan saya.
“cantik banget anak ibuk malam ini” puji ibu padaku. Saya berjalan menuju mobil ayah. Ayah sudah menunggu disana.
“waah! Anak ayah gelis pisan” puji ayah, dan masih sama aku hanya terdiam.
“gamb! Gamb sayang kenapa?” tanyaku pada dek brian yang terbaring disebuah ruangan..
“gamb kangen sama kak Cha! Kok kakak gak pernah main kerumah gamb sekarang?” ucap adek kecewa. Gamb itu nama panggilan saya sama adek brian.
“maaf yaa gamb! Tapi kak cha sibuk bukan karna gak sayang sama adek...udah sekarang kan kak cha ada disamping gamb, gamb mau minta apa sama kak cha?”
“janji kak cha mau turutin gamb?”
“iya janji”
“kak cha temenin gamb ya? Gamb gak mau ditinggalin kak cha lagi!”
“iya gamb! Ya udah, gamb sayang bobok yaa..kak cha temenin gamb deh!”
“gamb kangen sama kak Cha! Kok kakak gak pernah main kerumah gamb sekarang?” ucap adek kecewa. Gamb itu nama panggilan saya sama adek brian.
“maaf yaa gamb! Tapi kak cha sibuk bukan karna gak sayang sama adek...udah sekarang kan kak cha ada disamping gamb, gamb mau minta apa sama kak cha?”
“janji kak cha mau turutin gamb?”
“iya janji”
“kak cha temenin gamb ya? Gamb gak mau ditinggalin kak cha lagi!”
“iya gamb! Ya udah, gamb sayang bobok yaa..kak cha temenin gamb deh!”
Saat gamb mulai terlelap suara handphone saya berbunyi dan membangunkan gamb. Gamb menarik tanganku dan mendekatkan didadanya.
“kak cha mau kemana?”
“bentar yaa gamb, kak cha angkat telfon bentar! Gamb gak boleh nakal kak cha cuma bentar janji deh!
“kak cha mau kemana?”
“bentar yaa gamb, kak cha angkat telfon bentar! Gamb gak boleh nakal kak cha cuma bentar janji deh!
saya kemudian berjalan keluar dari ruangan gamb ternyata kak Gabriel yang telfon.
“halooo”
“yang! Aku kecelakaan ni”
“apa? Terus sayang sekarang dimana?”
“aku masih ditempat kejadian sayang! Sakit banget ni, sayang bisa kesini gak?”
“eee......maaf yaa yang! tapi aku aja masih dirumah sakit, adek kangen sama aku! Aku juga udah janji gak akan ninggalin adek” telfon terputus hatiku jadi tak menentu semuanya berubah menjadi neraka. Saya bimbang apa yang harus saya lakukan. Kedua orang yang saya sayang kini sedang terbaring lemah dan butuh saya. Saya berjalan memasuki ruangan dek gamb. Lengkungan manis muncul dari bibirnya. Tak henti pula saya sms kak Gabriel tapi tidak satupun yang dibalas. Hati saya jadi kacau takut terjadi apa-apa sama kak Gabriel. Tapi handphone saya kini berdering “1 message”.
GabrieL : aq sekarng udah dirumah ynx..!!!
“halooo”
“yang! Aku kecelakaan ni”
“apa? Terus sayang sekarang dimana?”
“aku masih ditempat kejadian sayang! Sakit banget ni, sayang bisa kesini gak?”
“eee......maaf yaa yang! tapi aku aja masih dirumah sakit, adek kangen sama aku! Aku juga udah janji gak akan ninggalin adek” telfon terputus hatiku jadi tak menentu semuanya berubah menjadi neraka. Saya bimbang apa yang harus saya lakukan. Kedua orang yang saya sayang kini sedang terbaring lemah dan butuh saya. Saya berjalan memasuki ruangan dek gamb. Lengkungan manis muncul dari bibirnya. Tak henti pula saya sms kak Gabriel tapi tidak satupun yang dibalas. Hati saya jadi kacau takut terjadi apa-apa sama kak Gabriel. Tapi handphone saya kini berdering “1 message”.
GabrieL : aq sekarng udah dirumah ynx..!!!
hatiku yang kacau kini menjadi tenang.
niZtha : trus cyanx gimna?? Cyanx baix2 aja kan??
GabrieL : mukaku rusak ynx..
psti cyanx putusin ak kalau udah lihat ak..
niZtha: cyanx kok ngomng gitu sih??adex thu tlus sama kakak..
adx benrn sayang sama kakak.
GabrieL : tapi muka kakak rusak adx..
niZtha : Kakak..adx tulus sama kakak..
adx cinta sama kakak..!!!
GabrieL : maksh ya ynx..mafn ak ya!
Egois bangt ninggalin cynx yg kgen sma kakak..
tdi kakak fkir itu hari terakhir kakak ktmu sama adx..
kkak udh pnya firasat kaya gtu dx..!!
niZtha : kakak kok ngmng gtu sih..jangn bikin adx sdih gni donk..!
adx jdi mikirin kakak truz nie..kakak jgn ngmng gtu lgi yaa..
adx gak mau khilangan kakak..adx cinta sama kakak..
GabrieL : iyaa cyanx..kak GabrieL jga cyanx sama cha..hehehe
jngan sdih yaa cynxx..gak ush nngiz..ak gkpp koq..
niZtha : janji yaa! Cynx jgn tingglin ak..
Gabriel : iyaa cyanx..bobok gih, udah mlem..!!
niZtha : yaa udah ya..ak bbok dulu ynx..cyanx cpat cmbuh yaa!!
dek cha..doain kakak terus....!!!
***
niZtha : trus cyanx gimna?? Cyanx baix2 aja kan??
GabrieL : mukaku rusak ynx..
psti cyanx putusin ak kalau udah lihat ak..
niZtha: cyanx kok ngomng gitu sih??adex thu tlus sama kakak..
adx benrn sayang sama kakak.
GabrieL : tapi muka kakak rusak adx..
niZtha : Kakak..adx tulus sama kakak..
adx cinta sama kakak..!!!
GabrieL : maksh ya ynx..mafn ak ya!
Egois bangt ninggalin cynx yg kgen sma kakak..
tdi kakak fkir itu hari terakhir kakak ktmu sama adx..
kkak udh pnya firasat kaya gtu dx..!!
niZtha : kakak kok ngmng gtu sih..jangn bikin adx sdih gni donk..!
adx jdi mikirin kakak truz nie..kakak jgn ngmng gtu lgi yaa..
adx gak mau khilangan kakak..adx cinta sama kakak..
GabrieL : iyaa cyanx..kak GabrieL jga cyanx sama cha..hehehe
jngan sdih yaa cynxx..gak ush nngiz..ak gkpp koq..
niZtha : janji yaa! Cynx jgn tingglin ak..
Gabriel : iyaa cyanx..bobok gih, udah mlem..!!
niZtha : yaa udah ya..ak bbok dulu ynx..cyanx cpat cmbuh yaa!!
dek cha..doain kakak terus....!!!
***
hari ini hari senin, tapi upacara bendera tidak diadakan hanya ada apel pagi untuk hari ini. Mataku menatap sekeliling berharap bisa menatap kak GabrieL. Tapi nihil hasilnya kak gabriel gak ada disegerombolan teman-temannya. Saya kemudian menatap adek kelas saya kebetulan dia dekat dengan kak gabriel. Matanya mengisyaratkan kesedihan, dari kejauhan aku berbisik menanyakan kabar kak gabriel yang katanya dia mengalami luka parah tapi tetap masuk. Jam istirahat kedua berbunyi saya mulai keluar dari lab LEC (language english club). Saya berjalan menuju kelas saya, kebetulan sebelum kelas saya melewati kelas kak gabriel. Saya memandang kearah ruangan kelasnya tapi nihil hasilnya. “aku kangen sama kamu kakak” desahku dalam hati.
satu minggu ini saya tidak melihat kak gabriel, rasanya udah kangen banget! Hanya perbincangan lewat telfon dan sms. Dikelas saya hanya melamun, memikirkan kak Gabriel.
“Niztaa!” panggil seorang cowok dari luar. Saya pun menoleh pada cowok itu. Deg! Jantungku berdetak dengan kencang, lalu tiba-tiba sakit sekali. Pandanganku mulai buram, buram, lalu hitam. Sebelum itu saya fikir itu kak Gabriel. Tapi wajahnya rusak karena luka.
“sayang! Kamu udah bangun?”
“aku dimana buk?”
“kamu dirumah sakit sayang..sudah satu minggu kamu gak sadarkan diri!”
“penyakitku udah parah ya buk?”
“sayang! Sayang tenang aja..sayang pasti sembuh kok..!”
satu minggu ini saya tidak melihat kak gabriel, rasanya udah kangen banget! Hanya perbincangan lewat telfon dan sms. Dikelas saya hanya melamun, memikirkan kak Gabriel.
“Niztaa!” panggil seorang cowok dari luar. Saya pun menoleh pada cowok itu. Deg! Jantungku berdetak dengan kencang, lalu tiba-tiba sakit sekali. Pandanganku mulai buram, buram, lalu hitam. Sebelum itu saya fikir itu kak Gabriel. Tapi wajahnya rusak karena luka.
“sayang! Kamu udah bangun?”
“aku dimana buk?”
“kamu dirumah sakit sayang..sudah satu minggu kamu gak sadarkan diri!”
“penyakitku udah parah ya buk?”
“sayang! Sayang tenang aja..sayang pasti sembuh kok..!”
air mata menetes dipipi saya. Seakan saya sudah tidak kuat menjalani hidup saya ini. Hampir sembilan bulan hubungan saya dengan kak Gabriel dan rasa sayang saya tidak pernah berkurang untuknya.
“ibuk..Nizta udah gak kuat!”
“sayang jangan ngomong gitu! Sayang pasti kuat..ya!!”
“kak chaa..kak chaa..jangan tinggalin gamb yaaa..gamb sayang kak chaa..”
“adex kecil kakak yang manis..adek kan bentar lagi SD..belajar yang rajin yaa! Kak cha bakalan bangga kalau adek bisa jadi juara”
“adek sayang kak chaaa...kak chaa kuat yaa!”
tau apa sih anak seperti dek Brian..anak kecil yang belum tau apa-apa itu membuatku menangis. Saya bangga punya dek gamb.
“kak chaa jangan takut..ada adek gamb yang jagain kak chaa..kak cha tenang aja yaaa!”
“iyaa adex gamb sayang! Buk..kak Gabriel mana?”
“baru aja pulang sayang..dia ninggalin ini buat kamu!”
“surat? Sepotong coklat? Adek gamb mau?”
“enggak akak chaa..td aku juga dikasih oklat sama kak abriel.!”
“ibuk..Nizta udah gak kuat!”
“sayang jangan ngomong gitu! Sayang pasti kuat..ya!!”
“kak chaa..kak chaa..jangan tinggalin gamb yaaa..gamb sayang kak chaa..”
“adex kecil kakak yang manis..adek kan bentar lagi SD..belajar yang rajin yaa! Kak cha bakalan bangga kalau adek bisa jadi juara”
“adek sayang kak chaaa...kak chaa kuat yaa!”
tau apa sih anak seperti dek Brian..anak kecil yang belum tau apa-apa itu membuatku menangis. Saya bangga punya dek gamb.
“kak chaa jangan takut..ada adek gamb yang jagain kak chaa..kak cha tenang aja yaaa!”
“iyaa adex gamb sayang! Buk..kak Gabriel mana?”
“baru aja pulang sayang..dia ninggalin ini buat kamu!”
“surat? Sepotong coklat? Adek gamb mau?”
“enggak akak chaa..td aku juga dikasih oklat sama kak abriel.!”
Saya mulai membuka surat itu
KENANGAN MENYEDIHKAN DI MALAM MINGGUKenangan yang meninggalkan luka teramat dalam dikala aku tersungkur yang kedua kalinya,aku sangat egois meninggalkan kekacihku yang teramat merindukanku namun aku malah meninggalkannya....akibatnya aku tersungkur kembali,malu rasanya,namun semua berlalu begitu seperti mimpi didalam tidur,aku beranjak pulang dengan rasa sakitku ,semua panik ketika aku sampai dirumah,Ibuku menangs melihat mukaku penuh dengan darah,ketika aku terbaring ku kabarkan kepada kekasihku yang kecewa aku tinggalkan.Ia seakan tak percaya ketika aku kabari semua tentangku,aku seakan putus asa dengan keadaanku namun ia dengan kasih sayangnya terus memberiku semangat dan motifasi,dimalam itu seakan aku menemukan kasih sayang yang tulus dan abadi,ia selalu temani aku dengan kasih sayananya,semoga ia dapat terus temani aku tuk jalani kehidupan ini dan sama-sama membangun kasih sayang yang kekal dan abadi...........CAYANXMU GabrieL.......GOODLUCK
Tak terasa air mataku menetes dengan derasnya. Saya rindu dengan kak Gabriel. Saya sayang sama kak Gabriel. Saya tulus mencintai kak Gabriel.
“ibuk! Aku pengen bicara sama kak Gabriel?”
“nanti dia mau kesini sayang! Sayang istirahat aja yaa!”
“iyaa buk”
“ibuk! Aku pengen bicara sama kak Gabriel?”
“nanti dia mau kesini sayang! Sayang istirahat aja yaa!”
“iyaa buk”
Hampir pukul tujuh malam tapi kak Gabriel tak juga datang. Hatiku resah dan jadi tak menentu. Saya bilang sama ibuk kalau nanti kak Gabriel menjengguk saya ibuk akan membangunkan saya. Ketika itu saya mulai memejamkan mata saya dan mulai terlelap dalam mimpi tidur saya. Tapi nihil sampai pagi kak Gabriel tak datang. Ada perubahan dari dia entah apa itu! Seharian ini saya mencoba menelfon dia tapi tidak diangkat. Saya juga mengirim pesan tapi tak ada balasan.
satu minggu kemudian
“sayang kamu lupain kak Gabriel aja yaa?”
“loh kok gitu buk?”
“satu minggu waktu kamu gak sadarkan diri kamu, kak Gabriel selalu jagain kamu! Sampai dia gak belajar...kemaren nilainya menurun drastis..ayahnya dateng kesini dia marah marah sama ibuk dan ayah..sayang lupain dia aja yaa?”
“ta ta ta pi buk!”
“sayang..kamu sayang sama kak Gabriel gak?”
“iya buk!”
“kalau gitu sayang lupain dia ya? Masih banyak cowok yang lebih baik dari kak Gabriel”
andai ibuk tau selama ini yang saya cintai hanya kak Gabriel. Disaat detik-detik terakhir saya pun saya harus mengalah. Kenapa? Kenapa ini tak adil? saya juga ingin merasakan cinta. Selama ini saya hanya mencintai satu orang, tapi kenapa disaat saya membutuhkannya saya harus melupakannya. Masih bisakah saya lalui hari saya tanpamu kak Gabriel? Dengarkan aku! saya sangat mencintaimu.
***
satu minggu kemudian
“sayang kamu lupain kak Gabriel aja yaa?”
“loh kok gitu buk?”
“satu minggu waktu kamu gak sadarkan diri kamu, kak Gabriel selalu jagain kamu! Sampai dia gak belajar...kemaren nilainya menurun drastis..ayahnya dateng kesini dia marah marah sama ibuk dan ayah..sayang lupain dia aja yaa?”
“ta ta ta pi buk!”
“sayang..kamu sayang sama kak Gabriel gak?”
“iya buk!”
“kalau gitu sayang lupain dia ya? Masih banyak cowok yang lebih baik dari kak Gabriel”
andai ibuk tau selama ini yang saya cintai hanya kak Gabriel. Disaat detik-detik terakhir saya pun saya harus mengalah. Kenapa? Kenapa ini tak adil? saya juga ingin merasakan cinta. Selama ini saya hanya mencintai satu orang, tapi kenapa disaat saya membutuhkannya saya harus melupakannya. Masih bisakah saya lalui hari saya tanpamu kak Gabriel? Dengarkan aku! saya sangat mencintaimu.
***
empat bulan kemudian
saya masih bertahan disisa hidup saya ini. Hari-hari saya lalui dengan senyuman meski terkadang sakit menusuk jantung saya . Disuatu pagi saya melihat kak Gilang dikantin sekolah. Saya menghampirinya dengan langkah kaki ragu.
“kak Gilang!”
“ehh dek Niztaa? Ada apa dek?”
“enggak kok kak! Cuma pengen tanya soal kak Gabriel...hehe”
“ow Gabriel? Dia sekarang banyak murungnya...emang baru ada konflik ya dek?”
“ya gitu kak..salam aja ya buat kak Gabriel?”
“salam apa ni dek?”
“eeee........salam kangen gitu ya kak!”
“ok adek..kak Gabriel udah ganteng lagi loh dek!”
“loh! Emang kemaren gak ganteng ya kak?”
“kan kemaren dia luka parah dek..adek juga tau kan?”
“ow!”
saya masih bertahan disisa hidup saya ini. Hari-hari saya lalui dengan senyuman meski terkadang sakit menusuk jantung saya . Disuatu pagi saya melihat kak Gilang dikantin sekolah. Saya menghampirinya dengan langkah kaki ragu.
“kak Gilang!”
“ehh dek Niztaa? Ada apa dek?”
“enggak kok kak! Cuma pengen tanya soal kak Gabriel...hehe”
“ow Gabriel? Dia sekarang banyak murungnya...emang baru ada konflik ya dek?”
“ya gitu kak..salam aja ya buat kak Gabriel?”
“salam apa ni dek?”
“eeee........salam kangen gitu ya kak!”
“ok adek..kak Gabriel udah ganteng lagi loh dek!”
“loh! Emang kemaren gak ganteng ya kak?”
“kan kemaren dia luka parah dek..adek juga tau kan?”
“ow!”
***
Sehari setelah itu aku melihat kak Gilang menghampiriku yang sedang asik ngobrol dengan teman-temanku didepan ruang kelasku. Soal apa lagi kalau bukan tentang soal-soal yang sulit buat dikerjakan.
“boleh pinjem Nizta bentar gak?”
“ow! Boleh-boleh kak! Tapi balikinnya utuh yaa?”
“hust..kalian apa-apaan sih? Ee..bentar yaa!”
jawabku menghampiri kak Gilang
“ngomongnya jangan disini..dikantin aja yuk!”
“iya deh kak!”
kami bergegas menuju kantin. Saya tak sabar ingin dengar tentang kak Gabriel. Saya sudah sangat rindu dengan kak Gabriel. Memang pernah sekali dua kali saya melihat kak Gabriel tapi karna keadaan yang tidak mendukung saya tidak pernah menyapa ataupun tersenyum pada kak Gabriel. Kak Gabriel pun sama seperti itu, seperti orang yang tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah mengenal. Hanya sebagai orang asing dalam hidupnya!
“dia titip ini buat kamu?”
“surat lagi? Dan masih sama dengan sepotong coklat!”
“aku juga gak tau..ow ya! Dimakan donk..takut mubazir.!”
“he..iya iya kak! Nanti aku habisin kok”
“adek kalau senyum manis banget sih?”
“ahh kakak bisa aja!”
sesampainya didalam kelas saya mulai membuka surat itu. Tidak tau apa yang sedang saya rasakan saat ini.
“boleh pinjem Nizta bentar gak?”
“ow! Boleh-boleh kak! Tapi balikinnya utuh yaa?”
“hust..kalian apa-apaan sih? Ee..bentar yaa!”
jawabku menghampiri kak Gilang
“ngomongnya jangan disini..dikantin aja yuk!”
“iya deh kak!”
kami bergegas menuju kantin. Saya tak sabar ingin dengar tentang kak Gabriel. Saya sudah sangat rindu dengan kak Gabriel. Memang pernah sekali dua kali saya melihat kak Gabriel tapi karna keadaan yang tidak mendukung saya tidak pernah menyapa ataupun tersenyum pada kak Gabriel. Kak Gabriel pun sama seperti itu, seperti orang yang tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah mengenal. Hanya sebagai orang asing dalam hidupnya!
“dia titip ini buat kamu?”
“surat lagi? Dan masih sama dengan sepotong coklat!”
“aku juga gak tau..ow ya! Dimakan donk..takut mubazir.!”
“he..iya iya kak! Nanti aku habisin kok”
“adek kalau senyum manis banget sih?”
“ahh kakak bisa aja!”
sesampainya didalam kelas saya mulai membuka surat itu. Tidak tau apa yang sedang saya rasakan saat ini.
To : bidadari kecilku
Nizta sayang..maafin kak Gabriel ya! Bukannya kak Gabriel gak sayang sama
Nizta..kakak masih sayang sama Nizta..tapi buat sekarang kakak gak bisa berbuat apa-apa! Nizta percaya sama kakak..hati kakak Cuma buat Niztaa..
Niztaa bertahan ya buat kakak..kita pasti bisa lalui ini..
GabrieL
***
Nizta..kakak masih sayang sama Nizta..tapi buat sekarang kakak gak bisa berbuat apa-apa! Nizta percaya sama kakak..hati kakak Cuma buat Niztaa..
Niztaa bertahan ya buat kakak..kita pasti bisa lalui ini..
GabrieL
***
Niztha janji akan jaga hati Nizta buat kakak! Niztaa sayang kakak! Seutuhnya hati ini buat kakak..selamanya kak! Batinku dalam hati.
detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan haripun berganti bulan. Kak Gabriel tetap tidak disamping saya. Sedih rasanya tapi mau gimana lagi. Saya sangat sayang sama kak Gabriel saya juga sangat cinta dengan kak Gabriel. Hari ini hari kelulusan kelas dua belas. Semalaman aku berdoa buat kak Gabriel. Dihari itu aku melihat kak Gabriel sedang digerumbuni cewek-cewek disekolahku. Jujur cemburu yang saya rasakan saat ini. Mata itu menatap saya, saya pun mencoba berpaling dan pergi menjauh dari pandangannya. Kenapa rasanya jadi benci gini sih??? Tanyaku dalam hati.
“Niz! Loe ntar dateng kan?”
“kemana?”
“pura-pura gak tau nii! Ntar kan ada pesta dirumah kak Gabriel katanya sih buat ngrayain kelulusan kak Gabriel gitu..semua siswa diundang kali Niz!”
“owh!” ucapku malas. Kenapa kak Gabriel setega ini? Apakah dia sudah benci padaku. Apakah dia sudah menghapus semua tentang aku dihidupnya? Kenapa kak Gabriel lakukan ini pada saya? Apa salah saya sampai kak Gabriel kaya gini? Kembalinya saya disekolah sepertinya semakin membuat buruk keadaan saya. Saya semakin hari semakin layu dan semakin rapuh. Sekarang saya dirawat inap disebuah rumah sakit yang sangat besar dikota ini, entah berapa uang yang sudah dikeluarkan ayah untuk mengobati penyakit saya. Terdengar suara sayup-sayup dikuping saya, aku fikir itu suara ayah tapi dengan siapa.
“ápakah anda fikir saya tidak bisa beli sekolah yang bapak punya? ini bukan masalah materi! Anda tau anak saya sekarang sedang dalam kondisi kritis...hanya anak bapak yang membuat anak saya kembali seperti dulu!” ucap ayahku.
“semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya pak? Anda juga begitu kan pak?” jawab orang itu.
“seegois itukah bapak? Coba anda fikirkan kalau yang terbaring diruangan itu anak bapak..apakah bapak akan setega ini?”
“maaf pak! Saya harus pergi sekarang”
kembali air mataku menetes. Ayah kemudian memasuki ruangan.
“ayah!” panggilku pelan dengan air mata.
“sayang! Kenapa nangis?” tanya ayah padaku.
“ayah..jangan ganggu kehidupan kak Gabriel dan keluarganya, nizta janji ayah! bakalan lupain kak gabriel” ucapku berbohong, karena saya tau kalau saya tidak akan pernah bisa melupakan kak Gabriel.
“iya sayang! Udah sekarang sayang istirahat yaa?” ucap ayah sembari mencium keningku. Lalu saya memejamkan mata saya. Suara dek Brian terdengar didendang kuping saya, tapi saya terlalu capek dan menghiraukan dek brian. Selama berbulan-bulan saya lalui tanpa kak Gabriel. Jujur sakit banget, hampa banget! Sepi banget!
pernah saya dekat dengan seorang cowok disekolah saya, memang aku akui dia cakep tapi dia sama sekali tidak bisa merebut hati saya. Entah mengapa bayangan kak Gabriel selalu menghiasi hati saya. Mengganggu setiap langkah kaki saya. Setiap saya melakukan sesuatu selalu ada kak Gabriel. Sesakit-sakitnya saya karna kak Gabriel saya tidak pernah sedikitpun punya rasa benci sama kakak. Karna mungkin cinta yang membuat saya seperti ini, karna mungkin saya tulus mencintai dan menyayangi kakak. Kakak trimakasih untuk semua kebahagiaan yang telah kau berikan untukku.
Kata temanku sekarang kak Gabriel sekolah di Universitas Nusa Bangsa (UNB). Sekolah yang cukup elit, saya pun berjanji pada diri saya kalau setelah dari sekolah ini saya akan masuk kesekolah itu. Dan memang benar sekarang saya satu kampus dengan kak Gabriel. Kebetulan pula kemarin saya lulus dengan nilai terbaik saya selain saya mendapat juara satu, saya juga mendapatkan hadiah khusus dari guru bahasa inggris saya dikarenakan saya mendapatkan angka sempurna...yaaa! berapa lagi kalau bukan sepuluh. Disini saya mengambil jurusan Multimedia, sedangkan kak Gabriel mengambil jurusan Akutansi. Yaaa! Sesuai dengan bakatlah..memang kak Gabriel sudah berubah tapi hati saya selalu memilih dia, selalu ingin tau tentang kabar dia..!
“Ut....gue pulang dulu ya?” ucapku pada temanku Uut.
“ow! Iyaa Niz..hati-hati ya!” sahut uut. Saya hanya mengangguk dan melangkah keluar dari ruangan saya. Saya berjalan melewati koridor-koridor kampus. Mata saya tertuju pada seorang cewek dan cowok diUks sedang asik mengobrol lalu mereka berdua keluar dari Uks. Mata saya masih mengikuti langkah kaki mereka. Mengikat lekat setiap gerak gerik mereka. Hati saya sakit, saya begitu iri dengan gadis itu. Air mata mulai bercucuran dipipi saya. Perut saya tiba-tiba sakit. Dan jantung saya pun begitu. Pandangan saya mulai buram, buram kemudian gelap.
rasanya saya sudah pernah merasakan ini.
“udah bangun Niz?” ucap seorang lelaki didepan mataku.
“aku dimana?” tanyaku memandang ruangan itu.
“kamu masih dikampus..tadi kamu pingsan! Kamu sakit ya Niz?” ucap seseorang itu, setelah saya mengusap kedua mata saya, saya baru sadar kalau itu kak Gilang.
“owh!” saya kemudian memandang sekeliling dan mata saya tertuju pada kedua orang tadi. Sakit! Sangat-sangat sakit. Air mata kembali bercucuran dipipi saya. Saya mencoba bangkit dan berjalan menghampiri kedua orang itu. Tadinya kak Gilang melarangku untuk bangun, tapi saya memaksa dan akhirnya diizinkan sembari mengikutiku dari belakang.
“kak Gabriel?” panggilku dengan air mata “kenapa kakak setega ini? Kenapa kakak gak pernah peduli dengan aku? Kakak udah bohong sama aku? Kakak jahat!” ucapku dengan isak tangis. Dia hanya terdiam dengan memandangku lekat. Terlihat diwajahnya sebuah kesedihan yang sama.
“kenapa kakak diam? Kakak udah bohongin aku...kakak tau gak! Sebenar lagi, mungkin aku udah gak disini...tapi kenapa kakak kaya gini?” ucapku sembari menghapus air mata dipipiku.
“apa maksut kamu dek?” ucap kak Gabriel setelah dia terdiam beberapa menit yang lalu.
“aku terkena penyakit kanker kak...sebentar lagi aku mati..apakah kakak pernah tanyakan keadaanku? Gak kan? Kakak cuma bilang kalau kakak sayang aku..tapi apa buktinya kak? Kakak malah tinggalin aku tanpa pamit..dan sekarang kakak malah sama cewek ini” ucapku dengan isak tangis yang semakin menjadi-jadi. Pandanganku mulai buram, semakin buram lalu gelap.
“adek...bangun dek..maafin kakak!” ucap suara lelaki sayup-sayup didendang telinganku. Saya mencoba membuka mata saya tapi nihil. Setiap pagi saya mendengar suara seorang wanita membaca al-Qur’an dan itu membuat hati saya tenang meskipun hanya terdengar sayup-sayup didendang telinga saya. Setiap kali saya mencoba membuka mata saya tapi semuanya terasa berat. Apakah ini sudah waktunya?
“dek chaa..bangun donk, kakak disini dek..kakak tepatin janji kakak!” ucap seorang lelaki penuh harap dan ketulusan. Perlahan-lahan saya membuka mata saya menatap seorang lelaki yang ada didepan mata saya. Saat ini rasanya saya sudah tidak kuat lagi.
“ibuk!” panggilku pelan.
“iyaa sayang ibuk disini..” ucap ibuku sembari mencium tangan saya dan memeganginya erat.
“nizthaa udah gak kuat buk!” ucapku lirih.
“iyaa sayang iyaa! Gak papa kok sayang..” ucap ibuku dengan air mata.
“nizthaa bahagia punya ibuk dan ayah....niztha sayang sama ibuk sama ayah..”
“sayang ibuk udah rela sekarang..ibuk gakpapa, kalau sayang udah gak kuat lagi..sayang! kamu udah cukup bikin ibuk dan ayah bahagia..bikin ibuk dan ayah bangga”
“ibuk..titip dek gamb yaa!” suaraku mulai tak terdengar, tapi saya belum mengungkapkan isi hati saya untuk seorang yang sedang murung disamping saya. Saya mencoba untuk mengucapkan kata-kata itu.
“kak Gabriel” panggilku.
“iyaaa dek chaa?” ucap kak Gabriel lesu “maafin kak Gabriel yaa! Kak Gabriel gak seperti apa yang dek cha fikir..kak Gabriel gak pernah jatuh cinta, selain sama dek chaa..mereka hanya sebatas teman kak Gabriel..kak Gabriel gak pernah menjalin hubungan setelah kak Gabriel jauh dari dek chaa..pernah kak Gabriel pengen nemuin dek chaa..tapi ayah nglarang kak Gabriel, Kakak pun gak berani membantah..sekarang ayah udah izinin kakak dek..dek chaa kuat yaa! Kita lalui kaya dulu lagi yaa dek..” ucap kak Gabriel memohon. Saya pun membalasnya dengan senyuman.
“maafin dek chaa ya kak! Dek chaa sayang kakak..sampai kapanpun” ucapku menahan rasa sakitku.
“dek chaa kuat kok..buat kakak!” pinta kak Gabriel.
“jaga diri kakak baik-baik yaa! Dek chaa bahagia punya kakak..dek chaa seneng banget bisa sedeket ini dengan kakak..i love you kak!”
“iyaa dek i love you too” ucap kak Gabriel dengan air mata dan mencium tanganku. Tidak saya sangka sesosok Gabriel menangis untuk saya. Kemudian rasa sakit saya mulai hilang, suara isak tangis menghantarkan kepergian saya.
detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan haripun berganti bulan. Kak Gabriel tetap tidak disamping saya. Sedih rasanya tapi mau gimana lagi. Saya sangat sayang sama kak Gabriel saya juga sangat cinta dengan kak Gabriel. Hari ini hari kelulusan kelas dua belas. Semalaman aku berdoa buat kak Gabriel. Dihari itu aku melihat kak Gabriel sedang digerumbuni cewek-cewek disekolahku. Jujur cemburu yang saya rasakan saat ini. Mata itu menatap saya, saya pun mencoba berpaling dan pergi menjauh dari pandangannya. Kenapa rasanya jadi benci gini sih??? Tanyaku dalam hati.
“Niz! Loe ntar dateng kan?”
“kemana?”
“pura-pura gak tau nii! Ntar kan ada pesta dirumah kak Gabriel katanya sih buat ngrayain kelulusan kak Gabriel gitu..semua siswa diundang kali Niz!”
“owh!” ucapku malas. Kenapa kak Gabriel setega ini? Apakah dia sudah benci padaku. Apakah dia sudah menghapus semua tentang aku dihidupnya? Kenapa kak Gabriel lakukan ini pada saya? Apa salah saya sampai kak Gabriel kaya gini? Kembalinya saya disekolah sepertinya semakin membuat buruk keadaan saya. Saya semakin hari semakin layu dan semakin rapuh. Sekarang saya dirawat inap disebuah rumah sakit yang sangat besar dikota ini, entah berapa uang yang sudah dikeluarkan ayah untuk mengobati penyakit saya. Terdengar suara sayup-sayup dikuping saya, aku fikir itu suara ayah tapi dengan siapa.
“ápakah anda fikir saya tidak bisa beli sekolah yang bapak punya? ini bukan masalah materi! Anda tau anak saya sekarang sedang dalam kondisi kritis...hanya anak bapak yang membuat anak saya kembali seperti dulu!” ucap ayahku.
“semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya pak? Anda juga begitu kan pak?” jawab orang itu.
“seegois itukah bapak? Coba anda fikirkan kalau yang terbaring diruangan itu anak bapak..apakah bapak akan setega ini?”
“maaf pak! Saya harus pergi sekarang”
kembali air mataku menetes. Ayah kemudian memasuki ruangan.
“ayah!” panggilku pelan dengan air mata.
“sayang! Kenapa nangis?” tanya ayah padaku.
“ayah..jangan ganggu kehidupan kak Gabriel dan keluarganya, nizta janji ayah! bakalan lupain kak gabriel” ucapku berbohong, karena saya tau kalau saya tidak akan pernah bisa melupakan kak Gabriel.
“iya sayang! Udah sekarang sayang istirahat yaa?” ucap ayah sembari mencium keningku. Lalu saya memejamkan mata saya. Suara dek Brian terdengar didendang kuping saya, tapi saya terlalu capek dan menghiraukan dek brian. Selama berbulan-bulan saya lalui tanpa kak Gabriel. Jujur sakit banget, hampa banget! Sepi banget!
pernah saya dekat dengan seorang cowok disekolah saya, memang aku akui dia cakep tapi dia sama sekali tidak bisa merebut hati saya. Entah mengapa bayangan kak Gabriel selalu menghiasi hati saya. Mengganggu setiap langkah kaki saya. Setiap saya melakukan sesuatu selalu ada kak Gabriel. Sesakit-sakitnya saya karna kak Gabriel saya tidak pernah sedikitpun punya rasa benci sama kakak. Karna mungkin cinta yang membuat saya seperti ini, karna mungkin saya tulus mencintai dan menyayangi kakak. Kakak trimakasih untuk semua kebahagiaan yang telah kau berikan untukku.
Kata temanku sekarang kak Gabriel sekolah di Universitas Nusa Bangsa (UNB). Sekolah yang cukup elit, saya pun berjanji pada diri saya kalau setelah dari sekolah ini saya akan masuk kesekolah itu. Dan memang benar sekarang saya satu kampus dengan kak Gabriel. Kebetulan pula kemarin saya lulus dengan nilai terbaik saya selain saya mendapat juara satu, saya juga mendapatkan hadiah khusus dari guru bahasa inggris saya dikarenakan saya mendapatkan angka sempurna...yaaa! berapa lagi kalau bukan sepuluh. Disini saya mengambil jurusan Multimedia, sedangkan kak Gabriel mengambil jurusan Akutansi. Yaaa! Sesuai dengan bakatlah..memang kak Gabriel sudah berubah tapi hati saya selalu memilih dia, selalu ingin tau tentang kabar dia..!
“Ut....gue pulang dulu ya?” ucapku pada temanku Uut.
“ow! Iyaa Niz..hati-hati ya!” sahut uut. Saya hanya mengangguk dan melangkah keluar dari ruangan saya. Saya berjalan melewati koridor-koridor kampus. Mata saya tertuju pada seorang cewek dan cowok diUks sedang asik mengobrol lalu mereka berdua keluar dari Uks. Mata saya masih mengikuti langkah kaki mereka. Mengikat lekat setiap gerak gerik mereka. Hati saya sakit, saya begitu iri dengan gadis itu. Air mata mulai bercucuran dipipi saya. Perut saya tiba-tiba sakit. Dan jantung saya pun begitu. Pandangan saya mulai buram, buram kemudian gelap.
rasanya saya sudah pernah merasakan ini.
“udah bangun Niz?” ucap seorang lelaki didepan mataku.
“aku dimana?” tanyaku memandang ruangan itu.
“kamu masih dikampus..tadi kamu pingsan! Kamu sakit ya Niz?” ucap seseorang itu, setelah saya mengusap kedua mata saya, saya baru sadar kalau itu kak Gilang.
“owh!” saya kemudian memandang sekeliling dan mata saya tertuju pada kedua orang tadi. Sakit! Sangat-sangat sakit. Air mata kembali bercucuran dipipi saya. Saya mencoba bangkit dan berjalan menghampiri kedua orang itu. Tadinya kak Gilang melarangku untuk bangun, tapi saya memaksa dan akhirnya diizinkan sembari mengikutiku dari belakang.
“kak Gabriel?” panggilku dengan air mata “kenapa kakak setega ini? Kenapa kakak gak pernah peduli dengan aku? Kakak udah bohong sama aku? Kakak jahat!” ucapku dengan isak tangis. Dia hanya terdiam dengan memandangku lekat. Terlihat diwajahnya sebuah kesedihan yang sama.
“kenapa kakak diam? Kakak udah bohongin aku...kakak tau gak! Sebenar lagi, mungkin aku udah gak disini...tapi kenapa kakak kaya gini?” ucapku sembari menghapus air mata dipipiku.
“apa maksut kamu dek?” ucap kak Gabriel setelah dia terdiam beberapa menit yang lalu.
“aku terkena penyakit kanker kak...sebentar lagi aku mati..apakah kakak pernah tanyakan keadaanku? Gak kan? Kakak cuma bilang kalau kakak sayang aku..tapi apa buktinya kak? Kakak malah tinggalin aku tanpa pamit..dan sekarang kakak malah sama cewek ini” ucapku dengan isak tangis yang semakin menjadi-jadi. Pandanganku mulai buram, semakin buram lalu gelap.
“adek...bangun dek..maafin kakak!” ucap suara lelaki sayup-sayup didendang telinganku. Saya mencoba membuka mata saya tapi nihil. Setiap pagi saya mendengar suara seorang wanita membaca al-Qur’an dan itu membuat hati saya tenang meskipun hanya terdengar sayup-sayup didendang telinga saya. Setiap kali saya mencoba membuka mata saya tapi semuanya terasa berat. Apakah ini sudah waktunya?
“dek chaa..bangun donk, kakak disini dek..kakak tepatin janji kakak!” ucap seorang lelaki penuh harap dan ketulusan. Perlahan-lahan saya membuka mata saya menatap seorang lelaki yang ada didepan mata saya. Saat ini rasanya saya sudah tidak kuat lagi.
“ibuk!” panggilku pelan.
“iyaa sayang ibuk disini..” ucap ibuku sembari mencium tangan saya dan memeganginya erat.
“nizthaa udah gak kuat buk!” ucapku lirih.
“iyaa sayang iyaa! Gak papa kok sayang..” ucap ibuku dengan air mata.
“nizthaa bahagia punya ibuk dan ayah....niztha sayang sama ibuk sama ayah..”
“sayang ibuk udah rela sekarang..ibuk gakpapa, kalau sayang udah gak kuat lagi..sayang! kamu udah cukup bikin ibuk dan ayah bahagia..bikin ibuk dan ayah bangga”
“ibuk..titip dek gamb yaa!” suaraku mulai tak terdengar, tapi saya belum mengungkapkan isi hati saya untuk seorang yang sedang murung disamping saya. Saya mencoba untuk mengucapkan kata-kata itu.
“kak Gabriel” panggilku.
“iyaaa dek chaa?” ucap kak Gabriel lesu “maafin kak Gabriel yaa! Kak Gabriel gak seperti apa yang dek cha fikir..kak Gabriel gak pernah jatuh cinta, selain sama dek chaa..mereka hanya sebatas teman kak Gabriel..kak Gabriel gak pernah menjalin hubungan setelah kak Gabriel jauh dari dek chaa..pernah kak Gabriel pengen nemuin dek chaa..tapi ayah nglarang kak Gabriel, Kakak pun gak berani membantah..sekarang ayah udah izinin kakak dek..dek chaa kuat yaa! Kita lalui kaya dulu lagi yaa dek..” ucap kak Gabriel memohon. Saya pun membalasnya dengan senyuman.
“maafin dek chaa ya kak! Dek chaa sayang kakak..sampai kapanpun” ucapku menahan rasa sakitku.
“dek chaa kuat kok..buat kakak!” pinta kak Gabriel.
“jaga diri kakak baik-baik yaa! Dek chaa bahagia punya kakak..dek chaa seneng banget bisa sedeket ini dengan kakak..i love you kak!”
“iyaa dek i love you too” ucap kak Gabriel dengan air mata dan mencium tanganku. Tidak saya sangka sesosok Gabriel menangis untuk saya. Kemudian rasa sakit saya mulai hilang, suara isak tangis menghantarkan kepergian saya.
*The END****
|T|H|A|N|K|'S| |F|O|R| |R|E|A|D|I|N|G|
Profil Penulis
nama : meviani murtiningsih
facebook : meviani sizuka shee'khabibiQolbi
tanggal : 11 januari 2013
email : mheviiecuitcuiit@yahoo.co.id
Itulah Cerpen Dari meviani murtiningsih dengan judul "Abadi Cintaku" .
Punya Cerpen Juga Atau Puisi silahkan kirim ke blog ini dengan menuju link Kirim Cerpen
0 Komentar untuk "Cerpen Romantis : Abadi Cintaku"