Sepuluh tahun merokok, setara biaya haji

RokokPengesahan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang pengendalian tembakau terus molor, sementara itu, konsumsi rokok  masyarakat terus meningkat. Ironisnya, konsumen rokok tertinggai bersal dari kalangan menengah kebawah.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdns) 2007, perokok terbanyak adalah orang dewasa berpendapatan rendah dan tingkat pendidikan rendah, Mayoritas mereka tidak bersekolah atau tidak tamat SD, jelas Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Ekowati Rahajeng di gedung Kemenkes pada tanggal 25/3/2012.
Data tersebut diperkuat penelitian dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FB UI) yang menyebutkan bahwa banyak rumah tangga termiskin atau berpenghasilan rendah yang terjerat konsumsi rokok. Ada 57 persen atau enam di antara 10 rumah tangga termiskin yang memiliki pengeluaran khusus untuk rokok. Bahkan, pengeluaran untuk rokok merupakan pengeluaran terbesar kedua setelah bahan pokok.
Pengeluaran untuk rokok hanya lebih kecil daripada (makanan pokok). Pengeluaran untuk rokok ini mengalahkan 23 jenis pengeluaran lain, seperti biaya kesehatan atau pendidikan, jelas peneliti Lembaga Demografi FE UI Abdillah Ahsan .
Abdillah menuturkan nilai pengeluaran rokok melebihi keperluan pokok lain. Pada 2009 tercatat jumlah pengeluaran rokok rumah tangga termiskin bisa 11 kali lebih besar daripada pengeluaran untuk daging, tujuh kali untuk buah-buahan, enam kali untuk pendidikan, lima kali untuk susu dan telur, serta lima kali untuk kesehatan. Bayangkan kalau mau berhenti merokok, mereka sebenarnya bisa membeli daging, buah-buahan, bahkan membiayai kesehatan.
Abdillah menambahkan, jika dihitung jumlah pengeluaran rokok rumah tangga termiskin bisa mencapai jutaan rupiah 10 tahun mendatang. Dia mencontohkan konsumsi rokok per bulan misalnya 30 bungkus nilainya bisa mencapai Rp. 300 ribu. Dalam setahun konsumsi rokok bisa mencapai Rp. 365 ribu bungkus. Jika sebungkus rokok seharga Rp. 10 ribu, nilainya mencapai Rp. 3.650.000. jadi, untuk konsumsi rokok per 10 tahun alias 3.650 bungkus, nilainya mencapai Rp. 36.500.000. biaya itu setara dengan biaya naik haji, DP rumah, renovasi rumah, beli motor,DP mobil, sampai modal usaha kecil.
Karena itu, lanjut Abdillah, sebaiknya para perokok mulai berhenti dan mengalihkan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pokok lain. Banyak orang miskin yang menyatakan susah bayar uang sekolah dan makan. Padahal, mereka bisa membeli rokok, artinya ada alokasi dana untuk itu. Cobalah untuk berhenti merokok, imbuh dia.


Sumber: Jawa Post (lupa tanggal dan edisinya)
0 Komentar untuk "Sepuluh tahun merokok, setara biaya haji"